Puisi Hati : Tangis dan Tawa riang


Perempuan yang Bertanya

Ia bertanya, “Bagaimana mestinya aku menjadi perempuan?”
Setelah heran karena ia bertanya pada seorang lelaki, aku menjawab:
Menjadi perempuan sama dengan menjadi lelaki,
Tidak lebih dan tidak kurang.
Jawaban selebihnya aku tak tahu.
Jangan tanya nenekmu, karena ingatannya jauh.
Jangan tanya ibumu, karena siapa tahu ia berpikir seperti bapakmu.
Jangan tanya tetanggamu karena ia akan menyuruhmu masuk rumah dan memasak.
Apalagi jangan tanya para pemuka agama, karena mereka tak punya imajinasi.
Jangan tanya presiden, karena jangan2 dia tidak tahu kalau mahluk yang namanya perempuan itu ada.
Juga jangan tanya aku, karena aku bisa berbohong.
Sebaiknya kamu bertanya pada pelangi yang muncul setelah hujan,
Atau pada awan yang kerap berubah bentuk,
Atau pada anak kecil yang sedang mendekap dada ibunya.
Mungkin mereka tempat yang tepat untuk bertanya,
Karena mereka tak bisa berbohong,
Dan karena mereka adalah sumber imajinasi.
Sementara kamu mencari jawabnya,
Aku akan bertanya sendirian, “Bagaimana mestinya aku menjadi laki-laki?”

Pendos

Kalau ada orang bertanya siapa aku
Akan kujawab “Aku pendosa”
Kalau mereka bertanya mengapa
Akan kujawab “Karena aku lemah”
Karena manusia telah jauh melangkah
Dari terangnya hari ke dalam pelukan gelap malam
Dari kesadaran bagai bintang
Menuju lubang hitam menghisap pekat
Kalau ada orang bertanya siapa aku
Akan kujawab “Aku pendosa”
Aku adalah seorang pendosa
Yang berhutang dan tak membayar
Yang berkhianat dan menikam
Yang memangsa dan mencekal
Yang menyesal dan berkabung
Pun begitu aku tahu
Jika malam pekat memanggilku lagi
Aku akan kembali ke pelukannya
Karena lari dari jerat yang telah mendaging amat sulit
Kalau ada malaikat menudingku,
Ia akan berkata “Kamu pendosa”
Sambil berlutut aku menyahut
“Ya, akulah itu”
Lalu ia mencambukku, menyesahku
Tak ada orang membelaku
Karena aku menyembunyikan diriku
Ketika semua usai
Aku terbaring,
Sesayup kudengar nyanyian ibuku
Lagunya menusuk kalbu,
Membasuh jiwaku.
Menjadi titian menuju terang
Ibu, anakmu pendosa
Peluklah ia erat
Bukan karena terluka
Namun agar ia tak lari kembali ke malam
Kalau ada orang bertanya siapa aku,
Akan kujawab, “Aku anak ibuku”
“Ibuku adalah Terang,
dan Terang akan menjauhkanku dari malam”

Teman yang Telah Lalu

Ingatkah teman, ketika kita duduk ngobrol di tikungan jalan
Orang lewat menjuluki kita pemimpi?
Ingatkah kau ketika kita mendapat wangsit
Kerabat mengatakan kita mengigau?
Pasti kau tak lupa,
betapa banyak manusia terluka yang kita lihat
dan ingin kita sentuh,
namun tangan kita hanya dua.
Dunia yang lalu lalang,
Orang-orang yang terburu memapan,
Si sisa-sisa yang terbuang,
Semuanya itu lewat di depan kita
Dan kitapun bertekad
Akan terus “bermimpi” dan “mengigau”
Di sepanjang perjalanan
Kita lihat ada kawan datang dan kawan pergi
Ada suka menyetubuhi dan duka menghampiri
Namun kita ingin tangan tetap mengepal
Walau kadang berhenti sejenak menggaruk rasa gatal
Ketika matahari menjelang redup barusan,
Aku bertanya dalam hati,
Akankah mimpi siang bolong kita akan segera berakhir?
Akankah ketika kita bangun
Hari sudah jauh gelap?
Betapa aku ingin terjadi,
Bahwa selama ini kitalah yang selalu terjaga
Dan bahwa banyak orang justru tertidur,
Namun apa yang kita jaga?
Si orang-orang terlukakah?
Atau jati diri dan cita-cita kita?
Impian adalah tenaga bagi setiap orang,
Orang yang tak punya impian adalah orang yang kering
Aku harap kita selalu bisa dan berani bermimpi,
Baik saat kita bangun maupun tertidur.
Aku harap ada wangsit tenaga
Untuk merubah mimpi jadi nyata
Dunia mesin yang mandul bermimpi,
Akan selalu berusaha merenggut impian
Namun jangan lupa akan aku, teman
Nanti kita ngobrol lagi di tikungan jalan.
Sumber:  http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0CF8QFjAG&url=http%3A%2F%2Fwww.rumputliar.com%2F2013%2F03%2Fpuisi-hati-tangis-dan-tawa-riang.html&ei=Sdg2Ub3JN9DNrQeklYH4Ag&usg=AFQjCNHmqZi-XPuEp2u8zZ66_rOboedtZQ&sig2=Cd_YD1zn_SxAoJcWXfvoFQ&bvm=bv.43287494,d.bmk

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar